PENJAJAHAN MENTAL MELALUI SALURAN
9:29 PM
Perkembangan TV
berlangganan di Indonesia menjadi kanker pada masyarakat. Mengikuti TV
berlangganan seolah-olah menjadi sebuah kebutuhan agar tak ketinggalan jaman
dan rela merogoh kocek besar untuk hal tersebut. Sering saya jumpai bahwa
mayoritas masyarakat telah menggunakan TV berlangganan, bahkan, tak jarang yang
juga menggunakan versi bajakannya, yang pastinya jauh lebih murah.
Televisi
hanyalah sebuah media, sedangkan yang diincar masyarakat adalah salurannya yang
variatif. Saluran yang komplit inilah yang membuat masyarakat tak perlu
berlarut dalam mengambil keputusan. TV berlangganan menembak masyarakat masa
kini untuk dijadikan sasaran dan sangat disayangkan, masyarakat lebih memilih saluran TV luar negeri dibandingkan saluran TV nasional. Hal tersebut
dikarenakan isi saluran TV luar negeri sesuai dengan apa yang diinginkan
seperti tidak menampilkan iklan serta tayangannya yang 24 jam. Talkshow dan film series yang disajikan saluran TV luar negeri dikemas secara
apik yang dapat menarik penonton agar terus mengikutinya. Selain itu, ada beberapa
saluran TV luar negeri yang khusus menayangkan film-film box office dan music video
dalam sajian high definition entah
rilisan lama bahkan yang terbaru. Apabila dibandingkan dengan sajian saluran TV
nasional, sangatlah jauh dari keinginan masyarakat. Walaupun, ada beberapa
saluran TV nasional yang sudah memiliki standar berkualitas dalam penayangan. Hal
inilah yang memacu para pemilik perusahaan di Indonesia untuk membuat TV
berlangganan.
Saat
ini, TV berlangganan menjamur di Indonesia, kita harusnya khawatir akan bangsa
ini. Tanpa sadar, masyarakat telah diperbudak teknologi yang membuat keinginan
menjadi sebuah kebutuhan adalah sesuatu yang lumrah. Semakin banyak masyarakat menggunakan
TV berlangganan, semakin sulit pula melepaskan kebiasaan masyarakat untuk tidak
terlalu candu akan menonton TV. Saking maraknya TV berlangganan di Indonesia,
muncullah oknum yang membangun usaha dengan cara ilegal, yaitu dengan cara satu
orang berlangganan secara legal lalu meluaskan isi saluran ke rumah-rumah
sekitar dan dipungut biaya. Tentu hal ini sangatlah fatal, namun, faktanya
masih banyak usaha tersebut beredar di Indonesia, dikarenakan harganya yang jauh
lebih murah. Dengan harga yang jauh lebih murah, masyarakat tak lagi
mementingkan kualitas gambar yang HD,
yang penting mereka memiliki saluran TV lengkap. Di sinilah penjajahan mental
terjadi. Masyarakat lebih memilih saluran TV luar negeri serta adanya oknum
usaha TV berlangganan ilegal. Semua itu kembali pada masyarakat yang diperbudak
teknologi. Saluran TV komplit yang diinginkan bersifat tidak gratis lalu masyarakat
akan membayarnya, karena banyaknya peminat, maka oknum tersebut mengambil
kesempatan dalam kesempitan dengan membanting harga namun dengan isi yang sama.
Sangat terlihat jelas bahwa masyarakat masa kini sangat candu dan membiarkan
diri sendiri dijajah hanya dengan sebuah saluran TV. Otak tak lagi berpikir
jernih, segala hal dilakukan agar mendapatkan apa yang diinginkan. Kebiasaan
inilah yang akhirnya membuat candu menjadi padu.
Jadi, kita harus lebih jeli dalam membedakan
mana keinginan dan kebutuhan serta belajar untuk lebih hidup di dunia nyata. Kita
yang menciptakan teknologi jangan biarkan senjata makan tuan terjadi. Buktikan pada
generasi pendahulu bahwa stereotype negatif
mereka akan generasi kita salah.
0 comments