Melawan Pembajak Musik
9:50 PM
Teknologi merupakan salah satu pengaruh besarnya kemungkinan
akan pembajakan dalam industri kreatif. Masyarakat dipermudah dalam mengakses
apa saja sehingga terbentuklah kebiasaan untuk mengunduh tanpa mengetahui
sistem legalnya. Hal tersebut juga biasa dalam dunia musik di Indonesia. Dengan
adanya pembajakan, musisi harus kritis dalam menangani hal tersebut secara
bijak dan kreatif.
Sesuatu yang
diberikan oleh pembajakan adalah harga, yaitu gratis. Masyarakat akan lebih
memilih gratisan dan mendapat apa yang diinginkan ketimbang harus membayarnya
dengan mahal. Tetapi, musisi dapat meminimalisir hal tersebut dengan cara
memberi nilai lebih yang tak dapat dibandingkan dengan hasil bajakan tanpa
membanting harga. Nilai yang diberikan dapat berupa keuntungan untuk donasi, special edition dan sebagainya. Karena,
saat ini, rilisan fisik sudah bukan lagi menjadi format umum dalam sebuah
karya, melainkan menjadi sebuah wadah untuk seseorang yang paham akan nilai dan
ingin mengoleksinya. Sehingga, dalam dunia digital, musisi harus pintar dalam
menganalisis pengikut karya mereka agar karya yang diciptakan entah dalam
rilisan fisik atau digital tetap tinggi pemasarannya.
Lalu, free download yang dilakukan beberapa
musisi di Indonesia bukan berarti mereka menyerah dengan pembajakan. Namun,
gerakan tersebut adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap para pembajak. Karena,
selain dengan cara memberi nilai lebih terhadap suatu karya, melegalkan dengan free download di website mereka adalah cara yang cukup efektif untuk menarik
pendengar. Masyarakat akan sangat antusias dan tak segan untuk membagikannya ke
orang lain karena gratis yang mereka dapatkan legal berkualitas yang langsung
dari musisi. Walaupun terlihat gratis, musisi tetap mendapatkan keuntungan dari
tour, rilisan fisik dengan tambahan
spesial, undangan untuk tampil dan lain-lain. Salah satunya adalah sponsor yang
menaungi free download mereka melalui
web-banner di website musisi tersebut.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa ‘gratisan’ memiliki kelemahan, yakni menghilangkan tanggung
jawab. Apa yang didapat secara gratis, membuat seseorang berpikir bahwa ia
mendapatkannya dengan mudah, sehingga ia tak perlu memikirkan apa yang harus ia
lakukan dengan semestinya. Berbeda dengan harus membayar, seseorang akan lebih
menghargai karena tanggung jawab dengan apa yang sudah dikeluarkan (uang). Banyak
cara melawan pembajakan dalam dunia musik di Indonesia. Namun, belum dapat
dikatakan berhasil untuk saat ini. Pembajakan terus terjadi bahkan dalam karya
yang sudah dilegalkan oleh musisi dengan cara menjualnya kembali kepada
masyarakat yang belum tersentuh dengan teknologi. Masyarakat yang suka dengan
karya tersebut otomatis akan membelinya walaupun oleh musisi tersebut telah
dilegalkan melalui website resminya.
Musisi sebaiknya
dapat berhenti berharap musnahnya bajakan dalam dunia musik di Indonesia. Gratis
membuat pendengar tidak takut akan kesalahan, apabila tidak cocok, tidak
masalah. Berbeda dengan harus membeli, apabila tidak cocok, pendengar akan
mikir ulang karena telah mengeluarkan uang untuk karya tersebut. Maka dari itu,
para pembajak musik menang dalam hal ini dan mereka akan terus melakukannya. Jadi,
yang harus dilakukan musisi adalah membuat karya yang pantas untuk dikoleksi
dan memiliki nilai lebih yang dapat dinikmati pendengar serta fokuskan karya
terhadap pasar yang menghargai nilai sebuah karya. Dunia musik legal di
Indonesia dapat diedukasi oleh musisi itu sendiri serta peranan media yang
menaunginya.
Buku referensi:
Pragiwaksono, Pandji. 2015. Indiepreneur. Jakarta. Bentang Pustaka.
2 comments
Pemaparan hubungan antara dampak teknologi terhadap musik sudah baik. Perlu dikembangkan menjadi tulisan yang lebih komprehensif dalam konteks komunikasi. Perlu diperkaya dengan data: pembajakan, kampanye musisi anti pembajakan, atau pola komunikasi musisi tertentu dalam melawan pembajakan..
ReplyDeleteWah, saya baru baca komentar, pak. Terima kasih banyak atas masukannya, saya usahakan untuk menulis lebih baik lagi.
Delete